Minggu, 15 November 2015

Guru Nikmat

Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.
Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.
Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.
Kenapa Jack
Ah.. tidak apa-apa, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan, kata Ibu Shinta.
Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya, jawabku dengan ragu-ragu.
Terima kasih Jack.
Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, Oh my God what im doing, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.
Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.
Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik
Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
Mau apa kau sshh sshh, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
Ooo oh.. oh.., desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. Aahh Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.
Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.. Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.
Gantian dong.. Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.
Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. Ohh, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.
Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. Ooo ahh hmm ssshh, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok! Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. Gaya apa lagi ini?, tanyanya.
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
Capek?, tanyaku. Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku.
Tapi kan nikmat Bu.., jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas, kataku sambil mengatur posisinya.
Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh.. Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.
Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. Uuuhh.., mmmhh.., Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. Ehhh, mmmhh… Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.
Ooohh.., aduuuhh… Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. Mmmhh, mmmhh.., ooohhm… Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss, erangku.
Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., Creet.., suuurr.., ssuuur..
Oughh.., Jack.., nikmat.., erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, Crooot.., croott.., crooot.., banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.
Aaahkk.., ooough, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. Ohm, masuk.., augh.., masukin
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

Kak Linda Tetanggaku

Perkenalkan namaku Rendi, umurku saat ini 20 tahun. Kuliah dikota S yang terkenal dengan sopan santunnya. Aku anak kedua setelah kakakku Ana. Ibuku bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ayahku juga bekerja di kantor. Tinggi badanku biasa saja layaknya anak seusiaku yakni 169 kg. Di situs ini aku akan menceritakan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang namanya sex. Kisah ini masih aku ingat selamanya karena pengalaman pertama memang tak terlupakan.
Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.
Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.
"Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus"ajak Putri
Segera aku siapkan mainannya. Aku jadi dokter dan dia jadi pasiennya. Waktu aku periksa dia buka baju. Kami pun melakukan seperti itu biasa karena belum ada naluri seperti orang dewasa, kami menganggap itu mainan dan hal itu biasa karena masih kecil. Waktu aku pegang stetoskop dan menyentuhkannya didadanya. Aku tidak tahu perasaanya. Tapi aku menganggapnya mainan. Waktu itu pintu tiba tiba terbuka. Linda pulang dari kampusnya. Dengan masih telanjang dada Putri menghampiri kakaknya di depan pintu masuk.
"Hai kak baru pulang dari kampus" "Ngapain kamu buka baju segala" Kak Linda memandangi adiknya. "Kita lagi main dokter dokteran, aku pasiennya sedangkan Rendi jadi dokternya, tapi sepi kak masa pasiennya cuma satu. Kakak lelah nggak. Ikutan main ya kak?" "Oh mainan toh… Ya sudah aku nyusul, aku mau ganti pakaian dulu gerah banget nih"
Kami bertiga pun segera masuk ke kamar lagi, aku dan Putri asyik main dan Kak Linda merebahkan tubuhnya ditempat tidur disamping kami. Aku melihat Kak Linda sangat cantik ketika berbaring. Setelah beberapa menit kemudian dia memperhatikan kami bermain dan dia terbengong memikirkan sesuatu.
"Ayo Kak cepetan, malah bengong" ajak Putri pada kakaknya.
Lalu dia berdiri membuka lemari. Dia kepanasan karena udaranya. Biasanya dia menyuruh kami tunggu di luar ketika dia ganti baju
"Ayo tutup mata kalian, aku mau ganti nih soalnya panas banget" Kak Linda menyuruh kami.
Dia melepaskan pakaian satu persatu dari mulai celana panjangnya, dia memakai cd warna putih berenda dengan model g-string. Saat itu dia masih dihadapan kami. Tertampang paha putih bersih tanpa cacat. Setelah itu dia melepas kemejanya dicopotnya kancing stu perstu. Setelah terbuka seluruh kancingnya, aku dapat melihat bra yang dipakainya. Lalu dia membelakangi kami, dia juga melepas branya setelah kemejanya ditanggalkan. Aku pun terbengong melihatnya karena belum pernah aku melihat wanita dewasa telanjang apa lagi ketika aku melihat pantatnya yang uuuhhh. Dia memilih baju agak lama, otomatis aku melihat punggungnya yang mulus dan akhirnya dia memakai baby doll dengan potongan leher rendah sekali tanpa bra dan bahannya super tipis kelihatan putingnya yang berwarna coklat muda. Kulitnya sangat putih dan mulus lebih putih dari Putri. Putri melihatku.
"Rendi koq bengong belum lihat kakakku buka baju ya? Lagian kakak buka baju nggak nyuruh kita pergi." Kak Linda ngomel,"Idih kalian masih kecil belum tahu apa apa lagian juga aku nggak ngelihatin kalian langsung. Mau lihat ya Ren?"dia bercanda. Akupun menundukan mukaku karena malu."Tapikan kak, susunya kakak sudah gede segitu apa nggak malu ama Rendi." Putri menjawab ketus."Kamu aja telanjang kayak itu apa kamu juga nggak malu sudah ayo main lagi." Linda menjawab adiknya. Kami pun bermain kembali.
Giliran Kak Linda aku periksa. Dia menyuruh aku memeriksanya, dia agak melongarkan bajunya. Ketika stetoskop aku masukkan di dalam bajunya lewat lubang lehernya, tepat kena putingnya. Dia memekik. Aku pun kaget tapi aku pun tidak melihatnya karena malu. Dia menyuruhku untuk untuk lama lama didaerah itu. Dia merem melek kayak nahan sesuatu, dipegangnya tanganku lalu ditekan tekan daerah putingnya. Aku merasa sesuatu mengeras.
"Kak ngapain… Emang enak banget diperiksa… Kayak orang sakit beneran banget." Putri Tanya ama kakaknya. Kak Linda pun berhenti."Yuk kita mandi soalnya sudah sore lagikan kamu Putri ada les lho nanti kamu ketinggalan." Ajak Kak Linda pada kami berdua. Dia menyuruh bawa handuk ama baju ganti.
Setelah mengisi air, aku pun membuka bajuku tanpa ada beban yang ada dan telanjang bulat begitu juga ama Putri. Kamipun bermain air di bathup. Kamar mandi disini amat mewah ada shower bathup dan lain lain lah, maklum dia anak terkaya dikampungku. Setelah itu pintu digedor ama kakaknya dia suruh buka pintu kamar mandinya. Aku pun membukanya. Kak Linda melihatku penuh kagum sambil menatap bagian bawahku yang sudah tanpa pelindung sedikitpun, aku baru tahu itu namanya lagi horny. Lalu dia masuk segera di membuka piyama mandinya. Jreng… Hatiku langsung berdetak kencang, dia menggunakan bra tranparan ama cd yang tadi dia pake dihadapan kami.
"Bolehkan mandi bersama kalian lagian kalian kan masih anak kecil." "Ihh… Kakak… Punya kakak itu menonjol" ledek adiknya.
Dia hanya tersenyum menggoda kami terutama aku."biarin"sambil dia pegang sendiri putting dia menjawab lalu dia membasahi badannya ama air di shower. Makin jelas apa yang nama payudara cewek lagi berkembang. Beitu kena air dari shower bra Kak Linda agak melorot kebawah. Lucu banget bentuknya pikirku. Payudaranya hendak seakan melompat keluar.
"Ayo cepat turun dulu, aku kasih busa di bathupnya… ".
Putri bergegas keluar tapi aku tidak, aku takut kalau ketahuan anuku mengeras, aku malu banget. Baru kali ini aku mengeras gede banget. Lalu Kak Linda mendekat dan melihatku serta menyuruhku untuk turun. Aku turun dengan tertunduk muka Kak Linda melihat bagian bawahku yang sudah mengeras sama pada waktu aku bermain tapi bedanya sekarang langsung dihadapan mata. Dia hanya tersenyum padaku. Aku kira dia marah. Dia kayak sengaja menyenggol senjataku dengan paha mulusnya.
"Ooohh… Apa itu… " (pura pura dia tidak tahu) Putripun tertawa melihatnya. "Itu yang dinamakan senjatanya laki laki yang lagi mengeras tapi culun ya kalau belum disunat" Kak Linda memberitahukan pada adiknya.
Setelah busanya melimpah di air kami pun nyebur bareng.
"Adik adik, Kakak boleh nggak membuka bra kakak" pinta Kak Linda pada kami. "Buka aja to Kak lagian kalau mandi pakai pakaian kayak orang desa." adiknya menjawab.
Tapi aku nggak bisa jawab. Dengan pelan pelan kancing dibelakang punggung dibukanya lalu lepas sudah pengaman dan pelindung susunya. Dengan telapak tangannya dia menutupi payudaranya.
"Sudah buka aja sekalian cd nya nanti kotor kena bau cd kakak," ujar Putri kepada kakaknya.
Segera dia berdiri diatas bathup melorotkan cdnya dengan hati hati(kayaknya dia sangat menunggu ekspresiku ketika melihat wanita telanjang bulat dihadapannya). Ketika dia berdiri membetulkan shower diatas kami, aku melihat seluruh tubuhnya yang sudah telanjang bulat.
"Kak anu… anu… Susu kakak besarnya, ama bawahan kakak ada rambutnya dikit," aku memujinya.
dia hanya tersenyum dan memberitahu kalau aslinya bawahan nya lebat hanya saja rajin dicukur. Dia agak berlama lama berdiri kayaknya makin deket aja bagian sensitivenya dengan wajahku, ada sesuatu harum yang berbeda dari daerah sekitar itu. Kak Linda terus berdiri sambil melirikku.
Sambil membilasi payudaranya dengan air hangat serta digoyang dikit dikit bokong bahenolnya. Dia menghadap kami sambil mnyiram bagian sensitifnya. Aku pun tak berani langsung menatapnya. Sambil memainkan payudaranya sendiri dia punya saran plus ide gila.
"Mainan yuk. Aku jadi ibunya, kamu jadi anaknya."
Lalu Kak Linda menyuruh mainan ibu ibuan, dia menyuruh kami jadi bayi. Lalu dia menyodorkan susunya pada kami.
"Anakku kasihan, sini ibu beri kamu minum" dia berkata pada kami.
Putri pun langsung mengenyot puting susu kakaknya, tapi aku pun tak bergerak sama sekali, lalu dia langsung menyambar kepalaku ditarik ke arah payudaranya.
"Ayo sedot yang kuat… Ahhh… Cepet… Gigit pelan pelan… Acchhh," kata itu keluar.
Tapi koq nggak keluar airnya. Punya Mama keluar air susunya. Tiba tiba Putri berhenti.
"Uhh… Ini kan namanya mainan jadi nggak beneran. Kamu udahan aja sudah jamnya kamu les" Putri pun bergegas turun dan berganti pakaian sejak saat itu aku tak memdengar langkah dia lagi.
Aku pun masih disuruh mainan dengan putingnya tangan kiriku dikomando supaya meremas susu kirinya. Tiba tiba ada sesuatu yang bikin aku bergetar, ada sesuatu yang berambat dan memegangi anuku. Dengan kanan kanan memegangi tangan kiriku untuk meremas payudaranya ternyata tangan kanannya memainkan penisku.
Segera dia memerintahkan untuk turun dari situ. Kami pun turun dari situ. Lalu. Dia duduk di pingiran sambil membuka selakangannya. Aku baru melihat rahasia cewe.
"Rendi ini yang dinamakan vagina, punya cewek. Tadi waktu kakak berdiri aku tahu kalau kamu memperhatikan bagian kakak yang ini. Ayo aku ajarin gimana mainan ama vagina" akupun hanya mengangguk.
Dia menyuruh menjilatinya setelah dia mengeringkannya dengan handuk. Aku pun menjulurkan lidahku kesana tapi bagian luarnya. Dia hanya tersenyum melihatku. Dengan jari tangan nya dia membuka bagian kewanitaan itu. Aku benar benar takjub melihat pemandangan kayak itu. Warnanya merah muda seperti sebuah bibir mungil. Setelah dia buka kemaluannya, lalu dia suruh aku supaya menjilatinya. Ada cairan sedikit yang keluar dari bagian itu rasanya asin tapi enak. Disuruh aku menyodok dengan kedua jariku, terasa sangat becek. Dia menyuruhku berhenti sejenak. Ketika dia menggosok gosok sendiri dengan tangannya dengan cepat lalu dia menyambar kepalaku dengan tangannya ditempelkan mukaku dihadapannya.
Seeerrr… Serr… bunyi air yang keluar dari vaginanya banyak sekali. Sambil berteriak plus mendesis lagi merem melek. Setelah itu dia jongkok, aku kaget ketika dia langsung menjilati kepala penisku. Di buka bagian kulup hingga kelihatan kepalanya.
"Kakak enggak jijik ya kan buat kencing" aku bertanya pada dia tapi dia terus mengulumnya maju mundur.
Sakit dan geli itu yang kurasakan tapi lama lama enak aku langsung rasanya seperti kencing tapi tidak jadi. Dia menggunakan sabun cair katanya biar agak licin jadi nggak sakit. Saking enaknya aku bagai melayang badanku bergetar semua. Setelah dibilas dia mengkulum penisku, semua masuk didalam mulutnya.
"Kak aku mau kencing dulu" aku menyela.
Setelah itu dia berbaring dilantai dia menyuruh bermain dengan kacang didalam vaginanya. Pertama aku tidak tahu, dia memberi tahu setelah dia sendiri membukanya. Aku sentuh bagian itu dengan kasar dia langsung menjerit dia mengajari bagaimana seharusnya melakukannya. Diputar putar jariku disana tiba tiba kacanga itu menjadi sangat keras.
Sekitar 5 menit aku bermain dengan jariku kadang dengan lidahku. Keluar lagi air dari vaginanya. Aku disuruh terus menyedotnya. Dia kayaknya sangat lemas lunglai. Setelah beberapa saat dia memegang penisku dan menuntunnya di vagina.
"Coba masukan anumu ke dalam sana pasti aku jamin enak banget rasanya" dia menyuruhku.
Dengan hati-hati aku masukkan setelah masuk aku diam saja. Dia menyuruh aku untuk menekan keras. Dan blesss masuk semuanya dia memberi saran kayak orang memompa. Masuk-keluar.
"Acchc terus… yang cepet… ah… ah… ah… " dia mendesis, dia menggoyangkan pantatnya yang besar kesana kemari.
Tapi sekitar 3 menit rasanya penisku kayak diremas oleh kedua daging itu lalu aku ingin sekali pipis. Saat itu penisku kayak ada yang air mengalir. Dan serrr… seeerrrs air kencingku membanjiri bagian dalamnya. Setelah kelelahan kami pun keluar dia langsung pergi ke kamar masih keadaan bugil. Kemudian dia berbaring karena lelah, aku mendekatinya dan dia memelukku seperti adiknya, payudaranya nempel di mukaku. Setelah aku melihat wajahnya dia menangis. Lalu dia menyuruh aku pulang. Aku mengenakan pakaian dan pulang. Dia menyuruh merahasiakan kalau aku berbicara ama orang lain aku nggak boleh bermain ama adiknya.
Kami pun terus melakukannya sekitar 1 tahun tanpa ada siapa yang tahu. Sekitar aku kelas 1 SMP dia kimpoi ama temannya karena dia hamil. Ketika 2 minggu lalu (saat ini) aku bertemu dia bertanya masih suka main seperti dulu. Akupun hanya tertawa ketika aku tahu itu yang namanya sex dan aku ngucapin terima kasih buat kakak, itu adalah pengalamanku yang pertama.

Mamaku yang nakal

Lagi lagi Pak Kuntoro masuk kedalam kelas untuk memberikan pelajaran yang paling kubenci. Pak Kuntoro adalah guru mata pelajaran fisika disekolahku. Entah kenapa setiap kali pelajarannya jam terasa begitu lama sekali untuk berputar.

"Teeettttt" inilah saat yang kutunggu tunggu dimana bel sekeloh berbunyi menandakan jam pelajaran fisika telah habis sekaligus waktunya untuk pulang.

Akhirnya pelajaran yang sangat amat kubenci ini selesai juga. Aku segera memasukan buku buku pelajaranku kedalam tasku dan langsung pergi meninggalkan kelas dimana Pak Kuntoro masih ada didalamnya. Aku berjalan pelan pelan menuju rumahku maklum anak SMP belum boleh menggendarai kendaraan bermotor. Sebenarnya orang tuaku menyurhku untuk kesekolah memakai sepeda tapi akunya aja yang menolak dengan alasan sekolah sama rumahkan deket ngapain naik sepeda. Aku terus berjalan menuju rumahku hal ini sudah menjadi rutinitasku sehari hari, mungkin udah kebiasaan iya makanya aku gak merasa capek.

Oh iya perkenalkan namaku Toni usiaku baru 15 tahun. Aku termasuk anak yang bongsor diusiaku bagaimana tidak tinggi badanku aja 162cm dan berat badanku 58kg jelas saja aku terlihat paling besar dikelasku bahkan disekolahku. Wajahku sih termasuk anak yang bisa dikatagorikan sebagai anak yang cakep apalagi ditambah kulitku yang putih dan hidungku yang mancung mebuat banyak cewek cewek centil disekolahku yang naksir aku tapi aku gak mau dengan alasan aku masih fokus untuk belajar, sebenarnya bukan itu juga alasannya tetapi aku lebih suka ama cewek yang usianya jauh lebih tua dariku.

Siang itu aku terus berjalan menuju rumahku, terasa sekali terik sang mentari yang menyegngat kulit putihku ini, rasa dahaga kini mulai menyiksaku sehingga kuputuskan untuk berhenti sejenak disebuah warung yang sudah dekat dengan rumahku hanya sekedar membeli minuman dingin pelepas dahaga setelah itu baru kulanjutkan perjalanan menuju rumahku. Sampai dirumah kulihat rumah seperti dalam keadaan kosong.

"Ma Mama" kupanggil Mamaku tapi tak ada jawaban darinya mungkin Mama lagi keluar pikirku.

Setelah mencari Mama keliling rumah tapi tak juga ketemu yasudah aku langsung masuk kekamarku untuk segera menganti pakaian seragamku. Karena cuaca hari ini begitu panas aku putuskan untuk tak memakai baju. Setelah kulepas semua pakaianku aku langsung tidur dan hanya menutupi tubuh bugilku dengan sebuah selimut. Ketika sedang enak enak terttidur tiba tiba Mamaku masuk kedalam kamarku dan membangunkanku.

"Ton bangun bangun" Mama mencoba membangunkanku yang sedang tertidur siang itu.

"Ada apa sih ma Toni capek banget nih mau istirahat" aku masih saja enggan untuk bangun dari tidurku.

"Kamu gak makan siang dulu apa?" Tanya Mama sembari mencoba untuk membanggunkanku lagi.

"Nantik aja Ma Toni masih males masih pengen tidur" jawabku kepada Mamaku

"Yaudah kalau gitu Mama juga mau tidur siang dulu. Awas iya kalau nantik Mama udah tidur kamu bangunin kayak biasanya" Mamaku lalu keluar dari kamarku. Aku sendiri langsung melanjutkan tidurku yang sempat terhenti akibat Mama.

Kenalakan Mamaku bernama Indri usianya 39tahun tapi diusianya yang sudah hampir menginjak kepala empat Mama masih terlihat sangat cantik dan terbukti apabila Mama keluar rumah banyak sekali lelaki lelaki buaya yang selalu menikmati kecantikan wajah Mama. Tak berhenti disitu kulit Mama juga putih dan mulus seperti tak ada cacatnya sama sekali. Dengan tinggi badan 165cm dan dipadu dengan berat badan 55kg membuat tubuh Mama terlihat ideal. Ditambah lagi payudaranya yang besar kira-kira ukurannya 38B dan bongkahan pantat yang tak terlalu besar tapi masih kenceng membuat mata lelaki seperti mau copot bila melihatnya.

Sore harinya aku terbangun dari tidurku karena perutku terasa lapar sekali. Seperti biasanya aku langsung keluar dari kamarku dan mencari keberadaan Mamaku. Aku langsung saja menuju kamarnya tapi Mama gak ada disana padahal tadi dia bilang mau tidur tapi kok gak ada iya. Mungkin Mama udah bangun dan seperti biasanya kalau sore Mama pasti lagi dihalaman belakang ngerawat bunga bunga kesayangannya. Benar dugaanku Mama memang ada disana saat itu.

"Ma Toni laper, makan apa nih?" Tanyaku pada Mama yang masih asik merawat bunga bunga kesayangannya.

"Tadi katanya males makan" ucap Mama tanpa menoleh kearahku.

"Ayolah Ma masak gitu aja Mama marah?" Aku berusaha memlas pada Mamaku dan biasanya kalau pakai jurus ini selalu berhasil meluluhkan hati Mama.
"Tadi Toni beneran capek Ma"

"Iyaiya kamu ini selalu kok" mama mulai beranjak dari tempatnya merawat bunga dan berjalan masuk kearah rumah. Tiba-tiba langkahnya terhenti.
"Aaaahhhhhh" teriak Mama saat Mama melihatku. Aku sebenarnya juga bingung kenapa Mama teriak seperti itu.

Setelah lama berpikir akhirnya aku sadar kalau aku lupa memakai baju, jadi aku saat ini dalam keadaan benar benar telanjang.

"Maaf maaf Ma Toni lupa kalau Toni belum pakai baju" aku spontan langsung menutupi kemaluanku yang sudah mulai ditumbuhi bulu bulu tipis dengan kedua tangganku.

"Kok bisa lupa gak pakai baju ituloh?" Kelihatan kalau Mama seperti tidak menutup matanya dengan sungguh sungguh terlihat dia sedikit mengintip disela sela jari tanggan yang menutupi matanya.

"Namanya aja orang lupa Ma, wajar ajakan Toni juga baru bangun tidur" jawabku seadanya.

"Yaudah cepet sana masuk pakai bajumu Mama mau nyiapin makanan buat kamu" mendengar kata kata itu aku langsung masuk kekamarku dan langsung memakai baju.

Setelah memakai baju aku keluar dari kamarku menuju meja makan, tampak disana ada Mama yang sedang sibuk menyiapkan makanan untukku. Sampai dimeja makan aku sangat terkesima melihat pakaian yang sedang digunakan oleh Mama, dia munggunakan daster tipis tanpa lengan dengan belahan dada yang sangat rendah sehingga tampak jelas belahan payudaranya yang menggoda dan panjang daster bagian bawahnya hanya 10 centi dibawah pangkal paha. Melihat pemandangan yang seperti ini sontak membuat Si Jago langsung berdiri seketika. Ketika Mama sudah selesai menyiapkan makanan untuku dia langsung menggambil posisi duduk disebelahku dengan otomatis daster yang dipakainya tertarik keatas, kini paha mulusnya semakin terlihat jelas. Aku tak kuasa melihat pemandangan ini ingin sekali kuelus paha mulus milik Mama.

"Ton itu kenapa kok bisa seperti itu?" Tanya Mama sembari menunjuk kearah Si Jago. Hal ini benar benar membuatku sangat malu.

"Ehhh anu Ma Toni sendiri juga gak tau kenapa kok tiba tiba seperti ini" kataku yang gelagapan menjawab pertanyaan dari Mama.

"Gak mungkin ah kamu gak tau penyebabnya" sepertinya Mama tau apa penyebab Si Jago junior berdiri.

"Ahh Mama beneran Toni gak tau" sebenarnya saat ini aku benar benar maulu banget sama mama, gara gara Si Jago yang gak bisa diajak kompromi.

"Yaudah deh kalau gak tau" sekarang Mama sudah memalingkan pandangannya kearah lain dan tidak lagi memandang Si Jago yang sedang berdiri tegak menantang.
"Panas juga iya Ton cuaca sore ini? Pantas kamu tadi gak pakai baju" ucap mama sambil mengibas ngibaskan tanggannya kemukanya.

"Iya Ma" sekarang aku sedikit lega karena mama tak lagi memandangi penisku.

"Sepertinya enak juga iya Ton kalau buka baju?" Mama langsung bangkit dari tempat duduknya dan melepas daster yang sedang dikenakannya. Kini terpampang jelas BH dan CD Mama yang berwarna putih.

Melihat apa yang dilakukan oleh Mama membuat penisku semakin tegang seperti tak terkendali, nafasku kini mulai memburu, dan jantungku seakan terpacu dengan begitu kencang. Beda sekali dengan Mama yang terlihat sangat santai memamerkan bentuk tubuhnya dihadapanku.

"Loh ada apa Ton kok kamu ngelihatin Mama seperti itu? Ada yang salah sama Mama?" Ucapan Mama sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.

"Ee....eeenggakk kookk Ma" jawabku yang terbatah batah karena perasaan gugup yang melandaku saat ini.

"Kok kamu malah gugup gitu seh? Hayo kamu horni iya ngelihat Mama dalam keadaan seperti ini" Mama terus saja mengodaku sepertinya dia tau bahwa aku saat ini sudah sangat terangsang oleh tingkahnya.

"Apaan sih Mama ini" aku yang sudah tidak kuat melihat hal ini langsung meninggalkan meja makan dan langsung menuju kamarku.

Didalam kamar aku terus saja memikirkan hal yang baru saja kualami. Aku terus memikirkan hal itu sampai malam harinya aku susah untuk tidur alhasil besoknya aku bangun kesiangan dan dengan terpaksa juga akhirnya aku bolos sekolah.

"Kok baru bangun sih Ton? Sudah jam berapa ini?" Sapa Mama ketika aku keluar dari kamarku.

"Iya Ma maaf semalam Toni gak bisa tidur, gak tau kenapa kok semalam mata Toni kayaknya gak mau buat dipejamin" jawabku kepada Mama sambil mengucek ngucek mataku yang masih sulit untuk melek.

"Yaudah sana mandi dulu gih habis mandi terus sarapan" setelah selesai ngomong mama langsung pergi meninggalkanku.

Aku segera mandi dan setelah mandi seperti perintah mama aku langsung sarapan karena makanannya sudah disiapkan sama mama. Saat aku sedang asik asiknya makan Mama mendatangiku dan alangkah kagetnya aku Mama kini hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih. Melihat hal itu dengan cepat penisku berdiri seperti kemarin. Kini Mama mengambil posisi duduk disampingku.

"Gimana Ton enak masakan Mama? Tanya Mama ketika dia sudah duduk disebelahku.

"Ehhhh anu anu enak kok Ma"

"Iya udah terusin makannya iya sayang"

"Iiiiyyaaa Mmmaaaa" aku semakin gugup saat ini melihat BH dan CD Mama yang sangat mengairahkan menurutku.

"Kok kamu kayak orang gugup gitu sih sayang? Emangnya ada apa?" Tanya Mama yang sebenarnya sudah mengerti keadaanku saat ini.

"Gapapa kok ma" jawabku singkat.
"Mama kok gak pakai baju lagi sih?" Aku mencoba protes dengan hal yang dilakukan oleh Mama.

"Kan Mama tadi habis senam jadi Mama gerah sayang makanya Mama gak pakai baju gini" Mama mencoba menjelaskan kepadaku.
"Emang kenapa sih sayang? Ada yang salah kalau Mama seperi ini? Toh disini juga gak ada siapa siapa cuma ada kamu" kini Mama yang mencoba protes kepadaku.

"Yaudah deh terserah Mama aja kalau gitu" kataku sok cuek dengan perilaku Mama padahal aku sangat menikmati apa yang dilakukan Mama saat ini.

Setelah makan aku langsung nonton TV sedangkan Mama sibuk untuk mencuci piring yang dipakai untuk sarapan tadi. Setelah mencuci piring Mama langsung duduk disebelahku.

"Waduh gara gara cuci piring nih BH mama jadi basah" Mama memegang BHnya yang memang basah terkena cipratan air, dan tanpa diduga Mama mencopot BHnya yang basah hinga kini menyembulah dua bongkahan payudara Mama yang bebas tanpa penutup apa-apa.

"Loh kok dicopot BHnya Ma?" Tanyaku yang pura pura bingung melihat tingkah Mama tapi penisku seakan tak bisa berbohong kalau aku menikmati pemandangan ini.

"Kan BHnya basah sayang, nantik malah Mama masuk angin kalau BHnya gak dilepas" Mama kini memegang payudaranya seolah olah mengelapa payudaranya yang basah akibat terkena cipratan air tadi.

"........" Aku hanya diam tak menjawab dan mataku terus mengamati setiap adegan yang dilakukan oleh Mama disampingku.

"Hayo kamu lagi liat apa? Kamu horni iya" Mama kembali mengodaku.

"Eee....eenngggaakkk kkoookkk Maaaa" jawabku mengelak.

"Gak apa? Ini buktinya kemaluanmu udah berdiri" kini Mama sudah mulai meremas remas penisku.

"Eehhhh eeehhhh aaddduuu Maaaa" aku mengeluh menahan nikmat sensasi yang diberikan oleh Mama.

"Enak sayang? Sekarang dilepas iya celananya" Mama kini menarik celana kolor yang kupakai saat itu beserta CDku juga.
"Wow besar juga iya kontolmu Ton" seprtinya Mama sangat terkesima melihat ukuran penisku yang lumayan besar.

Mama lalu mengocok dengan lembut batang penisku, nikmat sekali rasanya mungkin karena ini pertama kalinya penisku dijamah oleh seorang wanita. Dengan telaten Mama terus mengocok batang penisku. 10 menit lebih Mama sudah masih saja mengocok penisku dengan tempo yang naik turun kadang cepat kadang pelan tapi cara itulah yang membuatku semakin merasakan nikmat. Kini Mama mendekatkan bibirnya kearah batang penisku, mula mila dijilati terlebih dahulu kepala penisku.

"Uuuhhhhh aaaahhhhh eeeennnnaaakkkk baaangggeeettt Maaaa" aku terus meracau merasakan nikmatnya jilatan dari Mama pada ujung penisku.

Tampaknya Mama sangat mahir memperlakukan batang seorang lelaki. Kini Mama mulai memasukan penisku kedalam mulutnya, dikulumlah penisku oleh Mama. Hangat sekali rasanya dan ketika Mama mulai memajukan mundurkan mulutnya lagi lagi rasa nikmat kurasakan hingga penisku terasa sangat geli sekali seperti ada sesuatu yang berontak ingin keluar dari lubang penisku. Rasa geli semakin lama semakin parah hingga aku benar benar tank mampu menahannya dan akhirnya "cret cret cret" entah berapa kalo spermaku tumpah didalam mulut Mama. Yang membuatku heran saat itu Mama tanpa rasa jijik sama sekali menelan seluruh spermaku yang ada dimulutnya.

"Ton tolong jilatin tetek Mama dong" Kini posisi Mama berbaring tepat disebelahku.

Aku hanya mengangguk menangapi perintah yang diberikan oleh Mama. Mula mula kukulum puting susu Mama, terlihat Mama hanya meringis menahan geli karena puting susunya kukulum. Semakin lama kulumanku berubah menjadi sedotan pada puting susunya. Kusedot terus puting susu Mama hingga puting yang awalnya berwarna coklat kin berubah menjadi putih pucat. Kini Mama mengarahkan tangganku kearah payudaranya yang satunya, aku tau apa maksud dari Mamaku. Segera kuremas remas payudaranya sedangkan mulutku tak berhenti dengan kegiatan mengulum dan menyedot.

"Aaaahhhh uuuusssshhhhh tteeerrruuussss Rrrroooonnnn tttteeerrruuussss" kini mulai terdengar racauan yang keluar dari mulut Mama.

Mama sepertinya tidak ingin aku menghentikan kegiatanku ini terlihat dari tanggannya yang terus menahan kepalaku agar terus berada dipayudaranya. Mama sepertinya sudah sangat terangsang dengan kegiatan yang aku lakukan.

"Stttoooppp Tooonnn hhhheeennnttttiiiiiikkkaaaannnn" mendengar hal itu aku sempat kaget dan menghentikan kegiatan yang kualakukan saat ini.
"Sekarang kamu jilatin memek Mama"

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya aku menuruti saja apa perintah yang diberikan oleh Mamaku. Kubuka CD Mama yang masih melekat ditubuhnya, ternyata CD Mama saat itu sudah sangat basah. Ketika CD Mama sudah terlepas aku dengan cepat menjilati memek Mamaku seperti apa yang diperintahkan olehnya. Bau khas kewanitaan Mama membuatku semakin bernafsu untuk segera menjilati vagina Mama.

"Uuuhhhhh uuuhhhhhh sssssttttthhhhh ennnnaaakkk tttttooonnnn tteeerruuuussss aaaaauuuhhhhh" racau Mama saat aku mulai menjilati lubang kewanitaaannya.

Terus kujilati bibir vagina Mama dan sesekali kucoba memasukan lidahku kedalam liang vaginanya. Kini tanggan Mama seperti menahanku agar aku tidak menghentikan kegiatanku pada vagina Mama. Kini vagina Mama sudah semakin basah karena jilatan yang kuberikan. Puas dengan lubang vagina Mama kini keletitnya yang menjadi sasaranku. Tubuh mama bergetar ketika lidahku menyentuh keletitnya. Melihat hal itu aku semakin bersemangat untuk memainkan keletitnya. 5 menit aku bermain dengan keletit Mama tiba tiba tubuh Mama mengelijang dengan hebat, tanggannya seperti menekan kepalaku sampai sampai aku sulit untuk bernafas.

"Oooooohhhhhhhhhhh" teriak Mama yang dibarengi dengan cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Kepalaku yang masih ditahan oleh kedua tangan Mama membuatku dengan terpaksa harus menerima cairan yang keluar dari vagina Mama.

Mama melapaskan tanggannya dari kepalaku, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega. Tapi tiba tiba mama mendorongku hingga aku jatuh terlentang dilantai rumahku. Tak lama kemudian Mama beranjak menuju keatas tubuhku dan mengarahkan penisku agar masuk kedalam lubang segama milik Mamaku. Dengan telaten Mama memasukan penisku kedalam vaginanya dan pelan tapi pasti akhirnya penisku masuk sedikit demi sedikit kedalam lubang vagina Mamaku. Rasa hangat terasa menjalar didaerah penisku saat penisku masuk kedalam vagina Mama. Kini Mama mulai mengerakan badannya naik turun. Semakin lama gerakan yang dilakukan Mama semakin cepat, sesekali Mama melakukan gerak memutar seperti goyang ngebor milik artis dangdut Inul Daratista. Semakin lama goyangan Mama terasa semakin nikmat.

"Aaahhhh nniikkkmmmaaatttt sssseeekkkkaaaallllllllliiiii Maaaaaa"

"Aaaauuuuuhhhhh aaauuuhhhhhhhh iiiiiyyyaaaaa Sssaaayyyyaannngg kkoooonntttoollllllmuuuu jjuuugggggaaa eeennnaaakkk"

"Aayyyoooo Maaaaa lllleeeebbbbiiihhh ccceeepppaatttt llllllaagggiiiii Maaaaaa"

"Iiyyyaaaaaa Ssssaaayyyyaaannngggg iiiiiiiiiyyyyyaaaaa"

Kami berdua terus meracau menahan nikmat yang tiada tara. Goyangan Mama semakin lama juga semakin cepat membuatku semakin kelonjotan melayaninya.

"Ton Mama...........Mama mauu keeelllllllluuuuuaaaarrrrrr aaaahhhhhh" racau Mama semakin menjadi kini tubuhnya mngeliat seperti cacing kepanasan dan jatuh menimpahku.

Kubalikan tubuhnya tanpa melepas penisku dari lubang vaginanya. Aku mulai mengerakan badanku maju mundur memompa vagina ibuku.

"Aaaahhhhhh ahhhhh aaaaahhhhhhhhwwww" Mama terus mendesah menerima genjotan yang kuberikan.
"Aaahhhhhhh eeennnaaakkkkk Saaaayyyyaaaannnggg eeeeennnnaaakkkk"

Mendengar desahan demi desahan yang keluar dari mulut Mama membuatku semakin bernafsu, kupercepat gerakanku hingga terdengar keras sekali suara kemaluan aku dan Mama beradu. Hampir 15 menit aku terus memompa vagina Mama kini saatnya orgasmeku datang, terasa sangaty geli sekali sehingga aku tak mampu untuk menahannya dan akhirnya "crrreeettttt cccrrrrreeetttttt cccrrrrreeettttt" entah berapa kali spermaku menyembur menyirami rahim dan vagina Mamaku. Setelah itu tubuhku tergeletak lemas diatas tubuh Mama. Peniskupun tetap kubiarkan berada didalam vagina Mama, tapi lama kelamaan penisku menyusut menjadi kecil hingga terlepas dengan sendiri dari vagina Mamaku. Akhirnya kami berdua tidur didepan tv berdua dengan keadaan telanjang.

Sorenya ibu membangunkanku karena Ayahku akan segera pulang. Mendengar kabar itu sontak aku langsung bergegas lari menuju kamarku. Kami terus melakukan hubungan terlarang ini ketika aku pulang sekolah karena tak mungkin bila malam hari kita melakukan hubungan ini.



TAMAT